Wednesday, 16 July 2008

Scanner medis dikawinkan dengan ponsel mirip tricorder “Star Trek”


Scanner medis jinjing dikawinkan dengan ponsel biasa mirip tricorder “Star Trek” dan dapat melihat apa yang Anda derita dengan menyentuh tombolnya.

Penemuan, menggunakan teknologi ponsel” off-the-shelf”, yang memungkinkan scanner medis untuk menggapai tempat yang sebelumnya tak mampu terjangkau – untuk membantu hampir tiga perempat penduduk dunia yang masih belum mampu mengakses alat kesehatan canggih seperti USG, sinar X dan beberapa cara pemindaian yang biasa dilakukan untuk mengetahui penyakit mulai dari mendeteksi adanya tumor sampai memonitor kesehatan janin dalam perut.

Dalam rangka menawarkan alat scan medis ke negara-negara berkembang, alat ini dapat dimasukkan dalam ambulan atau klinik desa sekalipun,” kata Borin Rubinsky, profesor bidang bioengineering dari University of California, Berkeley.

Alat Pencitraan medis biasanya berukuran besar yang terdiri dari scanner, prosesor dan video monitor. .

Rubinsky dan koleganya menggantikan secara fisik memisahkan masing-masing komponen ini sebagai elemen alat pemindai yang paling rumit — daya prosesor komputer— yang dapat ditempatkan pada lokasi yang kecil. Para peneliti ini selanjutnya menggantikannya dengan sebuah scanner jinjing sederhana yang dapat disambungkan ke telepon seluler. Selanjutnya telepon seluler memindahkan data kasar hasil scanning kedalam prosesor, yang menciptakan gambar pencitraan untuk diterima kembali dan dimunculkan gambarnya melalui layar ponsel.

Alat ini dijanjikan mampu memotong anggaran kesehatan pribadi. Contoh sederhana dari alat ini sudah diluncurkan pada April silam melalui jurnal PloS ONE.

Skema peralatan ini secara signifikan diperkirakan mampu menurunkan biaya pemindaian medis (USG,Sinar X dll) karena satu fasilitas prosesor mampu melayani beragam pencitraan (multiple imagers).

"Anda dapat memakai alat ini disebuah desa terpencil dimana akses ponsel masih bisa terjangkau,” kata peneliti Antoni Ivorra, dari Berkeley. Scanner jinjing ini dicolokkan ke ponsel dengan memakai kabel USB dan saat dites dengan alat yang diberi jelly yang biasa dipakai untuk mendeteksi jaringan payudara yang diduga menderita tumor. Maka jaringan tumor itu segera tampak berbeda dibandingkan dengan jaringan yang sehat. Pencitraan ini dikirimkan kembali setelah melewati prosesor dan tampak jelas di layar ponsel sebagai jaringan yang sakit.

Alat ini bisa bekerja dengan jenis ponsel apapun yang dapat mengirim dan menerima gambar, audio atau videoklip. "ukuran data dalam studi kami hanya 6kb, amat mungil," papar peneliti Yair Granot dari Berkeley

Di masa depan, ultrasound scanner sudah bisa dicangkokkan kedalam ponsel. Dengan kelengkapan ultrasound scanner harganya diperkirakan sekitar US$1.000. Bandingkan dengan mesin ultrasound lengkap dengan segala komponen medis yang besar ukurannya itu seharga US$ 70,000, kata Rubinsky

Diduga lebih dari separuh peralatan medis di negara berkembang kini banyak yang rusak karena terlalu sulit atau mahal untuk memperbaikinya. “Kami mengembangkan cara agar kelak siapapun dapat memakai ini yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan teknologi setempat,” kata Rubinsky lagi.

Dengan sederhananya alat ini setidaknya amat membantu sebagian manusia di negara berkembang, karena mempertimbangkan unsur keterjangkauan. "tenaga medis di klinik desa dapat menggunakan alat ini untuk mendiagnosa dan segera tahu bagaimana tindak lanjutnya,” kata Rubinsky. "Kalau ada kecelakaan mobil, anda dapat langsung memproses diagnosa korban dalam ambulan via ponsel dan semua data pasien sudah terkirim ke rumahsakit sebelum ambulan datang" by: ysm 9months/imaginova.corp

No comments: